Thursday, March 10, 2016

Ketua MUI Sumbar: Gerhana Matahari Pertanda Awal Kiamat

Ketua MUI Sumbar: Gerhana Matahari Pertanda Awal Kiamat

THAMRIN, METRO–Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar, Gusrizal Gazahar Lc menyebutkan, fenomena gerhana bisa jadi sebagai pertanda awal datangnya hari kiamat. Karena hilangnya cahaya dari matahari atau bulan. Dalam kondisi ketakutan ini, setiap manusia dianjurkan untuk melakukan shalat sunah dua rakaat.
Dikatakan Gusrizal, shalat gerhana hukumnya sunah muakad. Adalah shalat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat atau hampir mendekati wajib. Dan itu salah satu petunjuk dalam Islam bagi seorang muslim untuk mengelola bathin dalam suasana ketakutan dengan fenomena alam yang terjadi.
Meski sama sama dua rakaat, katanya, shalat gerhana, tidak sama dengan shalat Ied— Idul Fitri dan Idul Adha. Shalat Ied dilakukan pada saat hati sedang gembira. Sedangkan shalat gerhana dilakukan dikala hati sedang ketakutan. Makanya, pada saat hendak shalat, dari segi tampilan pun tidak dianjurkan memakai pakaian yang cerah ceria. Jamaah datang dengan wajah yang tunduk dan khusuk lalu memohon perlindungan dari Allah.
”Shalat gerhana dilakukan dua rakaat. Dalam tiap rakaat disertai dengan dua rukuk, dua kali membaca Al Fatiah dan dua kali membaca surat. Jadi totalnya adalah, shalat gerhana dilakukan dengan empat rukuk, empat kali membaca Al Fatiah dan empat kali membaca surat. Dan setelah shalat disunatkan mendengarkan khutbah,” katanya.
Keluarkan Surat Imbauan
Sementara itu, Wali Kota Padang Mahyeldi Dt Marajo telah mengeluarkan Surat Imbauan Bernomor 451/Kesra-2016 tentang Shalat Gerhana Matahari Total. Menurut Mahyeldi, berdasarkan kajian syari, fenomena gerhana merupakan bukti keagungan dan kebesaran Allah dan disunahkan umat Islam untuk melaksanakan shalat gerhana. Memperbanyak istighfar dan sedekah, karena 29 Jumadil Awal (9 Maret 2016), akan terjadi gerhana matahari total (GMT).
”Kami mengimbau kepada semua pengurus masjid/mushalla se-Kota Padang agar melaksanakan shalat gerhana,” kata Mahyeldi dalam surat edaran yang disebarkan oleh Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Al Amin.
Dalam surat itu juga dijelaskan tata cara shalat, mulai dari secara berjamaah, tidak diawali dengan adzan dan iqamah tetapi dengan seruan
“Ashhalatu jaami’ah.” Dilakukan dengan jahir (bersuara), berniat dalam hati, takbiratul ihram dan selanjutnya. ”Setelah selesai shalat, imam menyampaikan khutbah berisi anjuran untuk beristigfar, berzikir, berdoa, bersedekah, dll,” katanya.
Al Amin menambahkan, shalat gerhana juga dipusatkan di Masjid Raya Sumbar. Warga diminta sudah hadir di masjid pada pukul 06.30 WIB agar pada saat gerhana terjadi, semua jamaah sedang shalat.
Tak hanya PNS, semua warga Padang diharapkan juga ikut menunaikan shalat yang bakal diimami dosen Sekolah Tinggi Ilmu Pengembangan Ilmu Alquran (STAI-PIQ) Sumbar, H Mukhlis.
Al Amin menyebutkan yang akan menjadi Khatib dalam shalat ini nanti adalah Ketua MUI Sumbar, Gusrizal Gazahar. Semua PNS dan masyarakat nanti akan bergabung dan shalat bersama dengan PNS dari Pemprov Sumbar. Dijelaskan Al Amin, gerhana akan berlangsung selama 3 menit. Yakni dari pukul 07.20 WIB sampai pukul  07.23 WIB. (tin)
Bagikan

No comments:

Post a Comment